Rumah itu, aku berada disalah satu ruangan itu, bersekat 3 x 3 m aku 
terpojok dan tak berkutik, harapanku yang membuatku ada disana. Anganku 
masih begitu kental dikepala, impian-impian aneh nan indah masih 
berselancar dikepalaku, namun praktik dari teori yang ada dikepala nol 
besar membalik seratus delapan puluh derajat tak berujung dan masa depan
 yang hambar tak berasa sekecappun.
Aku hanya berusaha menjalankan apa yang harus kulakukan sekarang, aku
 memulai rencana hidup belum lama ini pada usia muda memang, tapi begitu
 terlambat, sangat terlambat. Sebenarnya aku memulai diusia masih kecil 
mungkin balita, tertata rapid an aku sangat membanggakannya, namun 
semuanya hancur dikarenakan ketidaktahuanku, bertahun-tahun aku berkutat
 dengan ketidaktahuanku itu, hingga menjadi kebiasaan yang tak 
terbendung.
Sekarang, iya memang sekarang aku harus mengubahnya, mengubah 
kebiasaan itu, bak sebuah Negara seperti Indonesia pasca revormasi, masa
 depan tak berujung dan samar, sedangkan masa lalu menyisakan begitu 
banyak permasalahan. Aku harus bangkit, didalam dada ini masih terekam 
masa lalu yang indah dan itulah harapanku, menempatkan keindahan itu 
dimasa depanku, dan itu adalah harapan yang tak akan pernah padam sampai
 kapanpun.
Dalam puisi Chairil Anwar yang berjudul “Aku”, dia begitu 
mempertahankan karakteristik, keinginan dari dalam dirinya, dia mati 
muda memang namun dia telah hidup beribu-ribu tahun kedepan tak hanya 
seribu tahun seperti yang dia inginkan, karena namanya sudah tercetak 
dalam sejarah kesusastraan Indonesia. Dan aku, memang aku seperti ini, 
daun jati kering memang aku ini, namun aku yakin daun jati kering ini 
akan menjadi humus menyuburkan tanah dan menumbuhkan berbagai macam 
tanaman, sekali lagi, itulah Aku.
Dan disinilah, dari rumah ini, dari ruang 3 x 3 m ini, dari 
keterpojokanku, aku akan mengubah dunia lewat sini, mewujudkan 
keinginan-keinginan anehku nan indah yang telah aku upayakan sejauh ini 
dan aku yakin Tuhanku, Allah akan membimbingku, menemaniku, menuju jalan
 yang telah aku pikirkan dan kuresapi dalam-dalam. Dan inilah Aku, 
seekor kunang-kunang, yang akan berusaha terbang dikegelapan dan akan 
menyinari sekelilingnya, mengubah semua ketidaktahuanku, ku mulai dari 
sini.
Mimpi-mimpiku :
- Beriman dan bertakwa kepada Allah sampai titik darah penghabisan.
 - Menaikkan haji kedua orang tuaku.
 - Pemain gitar akuistik handal.
 - Berkolaborasi dengan Ebiet G. Ade, aku yang menyanyi dan beliau yang memetik gitar.
 - Membangun rumah kayu yang didesain dan diarsiteki sendiri.
 - Membangun perusahaan berbasis kerajinan tangan daur ulang dari kartu HP yang tidak terpakai diubah menjadi suatu barang hiasan bernilai artistik.
 - Membuka lapangan kerja untuk masyarakat sekitar rumah berupa pengrajin kayu bekas yang diukir, dan digabung-gabungkan menjadi suatu barang guna.
 - Pergi ke suatu perbukitan desa di Austria, Swis, dan pergi ke kota Paris, Perancis.
 - Bisa menulis indah.
 - Bisa menggambar wajah dengan persis.
 - Menjadi seorang cerpenis
 - Membuat buku yang berisi perjalanan hidupku.
 - Menjadi seniman sastra dan kesenian.
 - Mengikuti berbagai lomba yang berhubugan dengan bakat yaitu kesenian dan sastra.
 - Bisa main sepak bola.
 - Menjadi pebulutangkis handal dan pernah menjuarai suatu lomba.
 - Memanajemen waktu dengan baik. Sholat, kuliah, tidur, belajar harus seimbang.
 - Liburan semester pertama di Jurusan PWK, fakultas Teknik, Undip, saya akan melihat theater JKT48 di Jakarta.
 - Ketika bisa melihat theater JKT48 di Jakarta aku akan berfoto berdua dengan NabilahJKT48, aku mengenakan pakaian kemeja putih panjang dengan jas hitam, celana jeans hitam dan bersepatu pantovel.
 - Dan mimpi terbesarku saat ini adalah mengikuti lomba apapun namun sesuai bakatku di tingkat internasional dan memenanginya, dan aku akan berpidato di sebuah mimbar disaksikan jutaan pasang mata, pertamakali aku akan bersalam kemudian memulai berpidato bahwa aku adalah cerminan Indonesia, aku akan membuktikan bahwa negaraku bukanlah negara pecundang akan kukatakan dengan semangat yg membara kemudian kututup dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya seraya berlinangan air mataku dan aku akan berkata dalam hati "Indonesia ini untukmu".
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar