Malam itu
pukul sepuluh, baru saja aku menyelesaikan laporan biologiku. Dingin sekali
malam itu, sesekali terdengar guntur
yang menyambar-nyambar, nampaknya langit akan menurunkan rizkinya dan kuharap
juga begitu, tidur ditemani suara riuh air hujan. Aku mulai menyelimuti
tubuhku, aku masih terbayang-bayang cerpen yang aku baca tadi, banyak tanda tanya yang muncul dibenakku. Aku
pun tertidur dengan lelap dan sempat bermimpi.
Aku,
Saleh, dan Mail, tiga pemuda yang bekerja di perusahaan besar, dan bertempat
tinggal di asrama. Kami
bertiga sama-sama berasal dari desa yang merantau ke Jakarta. Saleh, dia
bertubuh tinggi kurus, berwajah flamboyan dan paling tampan di antara kami,
meskipun begitu dia sangat rajin beribadah. Saleh sering mengingatkanku akan
kewajiban sholat dan membaca Al Quran, maklum dia lahir ditengah-tengah
keluarga pesantren di Minangkabau. Sedangkan Mail memiliki otak ekonomistis,
dia sering mengajarkanku akan menabung demi masa depan. Lain halnya Saleh yang berasal
dari Minangkabau, Mail berasal dari keluarga kurang mampu, dia harus
mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk membeli barang yang dia inginkan,
Mail lahir di Madiun, JawaTimur.